Waraqah bin Naufal, orang Qurays pertama yang menyadari kenabian
Muhammad saw, ketika bertemu dengan beliau dan istrinya Khadijah ra. yang tidak lain adalah sepupu Waraqah, ia memberi wejangan dengan
berkata, “Kau akan didustakan orang, akan diperlakukan buruk, dan mereka akan mengusirmu, bahkan memerangimu!" (Martin Lings, MUHAMMAD: 68).
Begitulah kira-kira gambaran takdir seorang yang “terpilih”
menjadi juru dakwah. Bahkan sampai saat ini, para manusia yang memilih jalan
yang sama, yaitu menjadi juru dakwah, akan menemui tantangan-tantangan yang
serupa. Jalan dakwah adalah jalan yang penuh dengan rintangan, hal tersebut
disebabkan karena tujuan dari dakwah itu sendiri bukanlah satu hal yang remeh,
yaitu membangun dan mengokohkan satu bangunan yang begitu agung bernama Islam.
Dari pengalaman pribadi penulis, banyak hambatan dalam
berdakwah yang dialaminya. Perbedaan sosial seperti, status sosial, tingkat
pendidikan, tingkat kekayaan yang kesemuanya itu disebut sebagai Hambatan
Sosial termasuk kepada hambatan yang terbesar yang menghalangi dakwahnya. Ia
harus bisa menyesuaikan dirinya, baik sikap, tutur kata, penampilan dan lain
sebagainya sesuai dengan keadaan sosial masyarakat yang ia dakwahi. Agar misi
dakwah yang diembannya mudah merasuk pada pribadi setiap orang.
Kemudian, masih ditambah dengan hambatan-hambatan lain
semisal hambatan dari diri penulis pribadi, karena bahasa keseharian penulis
berbeda dengan bahasa masyarakat dakwahnya, sehingga ada beberapa kosa kata
yang dipahami keliru oleh mereka (Hambatan Semantis). Hambatan lainnya
adalah semisal sulitnya sarana dan prasarana yang terdapat di medan dakwah,
karena medan dakwah termasuk daerah terpencil yang jauh dari kota. (Hambatan
Mekanis).
Seluruh hambatan-hambatan tersebut, terutama hambatan
terbesar yaitu Hambatan Sosial, sebenarnya dapat teratasi, hanya
memerlukan beberapa waktu untuk proses penyesuaian diri sambil mengamati dan
menganalisa medan dakwah. Proses tersebut
juga tergantung kepada pribadi pendakwah itu sendiri, apakah ia mampu dengan
cepat beradaptasi dengan lingkungan dakwahnya ataukah ia cenderung lebih
tertutup sehingga membuatnya sulit untuk menyesuaikan diri.
Pribadi yang luwes, terbuka, peka terhadap keadaan
lingkugan, dan cepat tanggap dalam mensikapi berbagai keadaan adalah skill yang
sangat penting untuk dimiliki oleh setiap da’i. Selamat berjuang.